kurang lebih 5 setengah tahun lalu dia datang diantar mama dari desa. mukanya kumus2, bajunya kumal dan badannya kurus. rambutnya merah dan ujungnya pecah-pecah. umurnya sekitar 12 tahunan. putus sekolah smp karena ngga ada biaya. ibunya menitipkan sum pada mama untuk bekerja pada saya. awalnya saya agak ragu menerima dia. pertama, dia masih terlalu kecil, ngga mungkin bisa bekerja baik apalagi cekatan, kedua saya merasa berdosa karena kalau saya menerima dia bekerja pada saya, berarti saya telah merenggut masa sekolahnya. tapi seandainyapun saya menolak dia, ibunya pasti akan mencarikan majikan lain untuk dia. akhirnya saya menerima dia.
hari pertama dia menangis waktu elan berulah memuntahkan makanan yg disuapkannya. dia berdalih kangen adiknya di desa waktu saya menanyakan untuk apa air matanya menetes. tidak mudah membuat dia kerasan tinggal bersama saya yg default nya cerewet. baru sebulan kemudian dia bisa 'melupakan' desanya dan mulai akrab dengan kami. karena usianya sebaya dengan sulung saya, saya menganggapnya sebagai anak. dia juga memanggil saya mama seperti anak2 saya.
semakin hari pergaulan sum makin luas. dia sudah mulai bisa memilih baju yg modis dan gaul, gaya rambutnyapun sudah seperti gaya rambut model2 di sampul majalah. saya tidak keberatan dengan itu, karena di rumah dia tetap santun dan rajin, meski tidak pintar2 amat. pekerjaan rumah selalu beres, ngepel, nyuci nyetrika, masak (ala kadarnya). anaknya juga jujur, uang (receh) saya kleleran dimana2 juga aman2 saja. saya sengaja menyuruhnya mengikuti kejar paket supaya dia bisa bersaing nantinya. tidak hanya itu, saya juga mendaftarkannya ke sekolah perhotelan meski hanya program 6 bulan, karna dia hanya punya ijazah smp.
saya tidak pernah menghalangi dia untuk mencari pekerjaan yg lebih baik, meski saya akui saya akan repot kalau dia berhenti bekerja. tapi saya juga tidak ingin selamanya dia bekerja untuk saya (sok mulia banget ya saya ini). 2 pembantu saya sebelumnya juga keluar untuk jadi TKW. hubungan kami tetap baik sampai sekarang. kebetulan mereka adalah tetangga saya di desa. tapi untuk sum ini saya agak 'ngga rela' kalau dia harus ke luar negri. saya agak khawatir karena dalam pandangan saya dia terlalu lugu dan kurang
tatag. makanya kerika dia pamit akan berangkat minggu depan ke taiwan, saya jejali dia berbagai informasi ttg bekerja di luar negri. yang baik dan yg buruk. saya telpon ke beberapa PJTKI ttg lowongan dan persyaratan bekerja di luar negri. hasilnya saya sampaikan ke dia.
baru saja dia menangis, takut membayangkan jauh dari orang tua. tapi dia tidak mampu membendung keinginannya memiliki sepeda motor seperti teman2 sekolahnya, pingin betulin rumahnya yg berdiri paling jelek diantara rumah2 lainnya. sementara gajinya cuma limaratus ribu sebulan. belum lagi ibunya butuh uang untuk upacara tujuh bulanan adiknya.
duh ma, dadaku sesak kalau ingat semua itu, katanya sambil menangis.
rasanya saya berdosa banget kalau memanfaatkan keluguan dan kebingungannya untuk menahan dia disini. terlalu banyak yang dia berikan untuk kami. loyalitasnya yang total rasanya terlalu besar dibanding dengan apa yang telah kami berikan. mudah2an keputusannya nanti akan membawa kebaikan untuk dia dan untuk saya. seandainya dia memutuskan untuk pergi semoga kami menemukan pengganti yg lebih baik....