Kemarin saya dan suami jalan-jalan ke Porong. Memang sengaja jalan-jalan, ke rumah teman sambil melihat sendiri bagaimana keadaan disana. Harusnya banyak yang bisa saya potret, tapi suami melarang saya.
Bojo: kamu bukan sedang dalam tugas jurnalistik. Ini bukan main-main. Ini bencana. Bukannya prihatin, malah poto-poto.
Aku: nek ngono kartu pers mu tok no. Bilang aja mau liputan.
Bojo: Itu bohong namanya.
Aku: ya jangan bohong lho.
Bojo: maksutmu, aku mbok kongkon nulis ngono tah? Iku jenengi nambahi kerjaan. Gak usah. Tujuannya tadi bukan untuk ini.
Aku: yo wes, nek ngono aku pake kartuku ae. (pancet ngeyel)
Bojo: sudahlah, kamu kan tidak sedang bertugas. Itu bohong namanya. Untuk apa sih? Akan lebih baik kalau kamu memberikan bantuan untuk mereka.
Aku: bantuan? Gak kliru tah Mas. Mereka itu bukan orang miskin. Ganti ruginya gede.
Bojo: Ngga semuanya begitu. Kalaupun memang iya, sekarang mereka sedang menderita
Ya.. memang tidak sepantasnya saya poto-poto kalo hanya untuk kepentingan blog dan memang bukan untuk itu tujuan saya kesana. Untung ada yang mengingatkan, dan mudah2an dia ngga bosan mengingatkan istrinya yang sering mbeller, sembrono, pemalas, boros, cerewet dan gak becus masak ini. Pendek kata dari tiga 'ur', dapur-sumur-kasur, saya cuma hebat di yang terakhir, itupun subyektif. Maksutnya kalau sudah di kasur saya pasti langsung ngorok he..he.. Makanya daripada berantem, saya milih nurut (bukan ngalah, karena ngga biasa ngalah. Maunya ngalahin terusssss) aja.
Jadi inilah hasil jalan-jalan saya kemarin.
Lokasi toko ini ada di Jalan Raya Porong. Pemiliknya, Ibu Rahmawati mengaku sejak jalan di depan tokonya macet, omzet tokonya menurun drastis. Sekarang, beliau tidak lagi menambah stok barang tapi hanya menghabiskan barang yang ada. Suaminya yang pernah menjadi sales dan sedikit tahu ilmu marketing berusaha menarik pembeli dengan memasang spanduk ini di depan tokonya. Ketika ditanya tentang mengungsi, Rahmawati menjawab ngga ada persiapan sama sekali. "Saya sih pasrah aja, Mbak," katanya sambil tersenyum. Padahal desa Siring di sebelah tempatnya tinggal sudah dalam keadaan seperti dibawah ini.
Jalanan di depan toko Cendrawasih milik Rahmawati memang macet total. Itu yang menyebabkan tokonya sepi pembeli. Panas matahari yang menyengat dan asap dari kendaraan yang terjebak kemacetan membuat saya sulit mendapatkan udara segar bahkan untuk sekedar berteduhpun sulit sekali. Kolong jembatan tol yang sering dijadikan lahan berjualan pun sekarang jadi tidak aman, bahkan untuk sekedar berteduh sekalipun. Karena jembatan bisa runtuh sewaktu-waktu. Kata Surbakti Syukur, Kepala Cabang Tol Surabaya-Gempol, terjadi pergeseran dudukan jembatan dan tumpuan jembatan 6 cm terpantau sejak 9 Oktober lalu (Kompas, 2 Desember 2006)
Sekarang jalan tolnya bisa dilewati sepeda motor lho....
Enam ratus meter lagi...
Karena masih ada acara ngajak anak-anak berenang, akhirnya kami pulang. Siangnya kita jalan-jalan ke tempat yang menyenangkan. Ini poto jagoan saya yang nomer satu, Reza.
Sayangnya di acara yang menyenangkan ini, kacamata kesayangan dan satu-satunya milik saya hilang. Hiks..
9 comments:
hehehehehe....ratu super duper ngeyel pooouuuuullll nothok gak pake` menggok ;b
tapi memang keadaan di porong terakhir yang aku tau memang tambah menggenaskan....ya semoga saja semuanya segera berakhir....bukan hanya kasian sama para korban sekarang...tapi aku juga takut jadi korban....hehehehehe...seperti katane budhe yang satu ini...bisa-bisa surabaya tenggelam :(
kalo jalan tol bisa dilewati sepeda motor....hehehehehe...aku pernah merasakan...uenakkkk...kekekekkekk...mbrusuk2 lewat sawah...akhirnya naik ke jalan tol...waktu itu aku sudah takut si imo (sepeda motor kesayanganku) "lewat" kalau lewat jalanan yang nggak jelas seperti itu....maklum takut jatuh (padahal sering jatuh ;b) tapi berkat keahlian seorang teman yang susah payah gonceng aku...akhirnya aku menikmati jalan tol bersepeda motor....nantang arus...berhadapan dengan mobil...bahkan truk dan bis....untung sekarang masih idup :)
Pas lebaran kemarin lewat tol porong. Anakku sing gede sampek takut lho mbak. dia tutup mukanya dan menyembunyikan didadaku. Perasaannya terlalu halus untuk menerima kenyataan ulah manusia dewasa.
Mungkin bojo sampean sudah harus memikirikan menghijrahkan apa yang diamanahkan Tuhan kepadanya ke kota yang lebih aman seperti tempat saya misalnya. Meskipun di sini juga ada tambang Pertamnina, tapi ngak ada lumpurnya kok. Paling-paling lumpur sawah dan banjir sesekali. Pigimana????
Salam ambek Caca, lek ketemu nang dalan aku pasti pangling. De-e sing iling aku?
nderek belo sungkowo bu atas musibah ini..ben, sing itung-itungan gusti Allah. Gusti Allah ra turu..
Hampir tiap hari terdengar lumpur dan lumpur di radio stmj, ganti freq koq ada berita ttg demo lapindo. Melihat televisi "amat" nasional TVRI isinya berita lumpur milik lapindo, kuganti tipi lainnya masih tetep berita ttg lapindo.
karena jenuh mendengar di radio dan melihat di tipi, keputusan beralih membaca ke internet dan... saudara-saudara hasilnya podo wae alias jenuh juga. Blog si A ada info tentang lumpur, milik si K bertemakan ilustrasi terjadinya lumpur lapindo, blog anak pngr memiliki poto-poto lumpurnya lapindo dan bahkan se-blog dengan dia menceritakan akan memberi kado ultah nya jakarta x ya.
Bulan desember memang ceria, lelah akan melihat mendengar dan membaca si lapindo sekarang saatnya menulisin lumpur juga.
foto pas toko obral iku cek apik e seh, tapi lak wis disetujui karo lapindo tuntutan ganti rugi warga kan budhe
Hampir tiap hari terdengar lumpur dan lumpur di radio STMJ, ganti freq koq ada berita tentang demo'in Lapindo. Melihat televisi "amat" Nasional TVRI isinya berita lumpur yang dimiliki Lapindo, kuganti tipi lainnya masih tetep berita lumpur di Sidoarjo.
Karena jenuh mendengar di radio dan melihat tipi, keputusaan bulat beralih membaca ke internet dan..... hasilnya podo wae alias jenuh juga. Blog si A ada info tentang lumpur meluber entah kemana, milik K bertemakan ilustrasi terjadinya lumpur yang menyembur, blog pak anu menterjemahkan foto-foto korban lumpur dng semanis mungkin dan bahkan se-Blog dengan dia malah menceritakan Kado sekotak lumpur coklat lapindo di Ultah nya Jakarta.
Bulan desember memang ceria, lelah akan melihat mendengar dan membaca, sekarang saatnya menulis-in lumpur juga.
Kayaknya bumi kita sedang enek, masuk angin, makanya muntah2 terus, Jeng.
Gak cuma muntah dari Porong..
tapi dari kota apalah itu di Kalimantan (kalo gak salah, lali tepatnya di mana)..
juga dari kawah-kawah gunung yg berderet dari Sabang sampai Merauke.
Hanya Allah Yang Mahatahu apa lagi yg akan terjadi setelah ini.
Hiks...
ikut prihatin ama musibah itu, kira2 kapan berakhir ya ? piye budhe ?
lha yo kui mbak, karepe golek untung malah dadi buntung.Duik bathen gae ngijoli sue2 rak yo momrot dewe lha wong sak jagat erat sik dadi korbane...
kapan selesainya?,,,gak onok jik eruh..
Post a Comment