Mungkin karena saya tidak piawai menulis, mungkin juga karena saya kurang membaca sehingga ide untuk menulis menjadi kering, mungkin juga karena saya kurang peka terhadap sesuatu yang ada di sekitar saya, yang bagi orang lain bisa saja menjadi sumber tulisan, makanya cerpen (apa cerbung ya?..) saya belum selesai hingga sekarang.
Meskipun saya tidak yakin ada yang membaca cerita saya, tapi saya merasa tidak bertanggung jawab kalau saya tidak menyelesaikan cerita itu.
"Kamu kurang kontemplasi," kata suami saya. Betul juga. Tapi apa bisa orang seperti saya berkontemplasi? Merenung? Dari pengalaman selama ini, saya baru bisa merenung kalau sudah benar-benar 'terantuk batu'. Merenungi kesalahan yang telah saya perbuat. Menyesalinya. Tapi kadang seiring waktu berlalu, kesalahan yang sama terulang lagi.. Menyesal lagi. Hanya orang bodoh yang mengulangi kesalahan sampai yang sama. Celakanya, saya melakukannya! Ya, mungkin sudah waktunya saya belajar lebih banyak dari anak-anak tentang ketulusan, dari suami tentang bagaimana menghargai orang lain (hal yang paling jarang saya lakukan), dari teman-teman tentang keikhlasan dan dari Anda tentang segalanya. Barangkali bila itu terlaksana, saya bisa dengan mudah menyelesaikan cerita saya dan bahkan menulis lagi lebih banyak cerita yang memberikan manfaat tidak hanya sekedar cerita serta melakukan lebih banyak lagi hal yang berguna bagi orang lain. Mudah-mudahan saya bisa, dengan doa Anda tentu saja.
1 comment:
menulis kan bisa tentang apa aja mbak!cerita ama gaya bahasa nya bagus loh mbak, mbak dena berbakat deh jadi penulis......hehhehe. SEMANGAT!
Post a Comment