Mumpung Mbak ini lagi pergi, saya akan ambil kaplingnya: nulis tentang makanan. Kalo selama ini Jeng ini, Jeng ini dan Jeng ini ini selalu teriak-teriak minta bebek, rawon, rujak cingur dlsb, saya mau kasih tahu satu lagi bahan teriakan. Namanya Pecel Belut Elek.
Biasanya pemilik usaha restoran akan membuat nama sebagus mungkin untuk menu di tempatnya tapi Haji Poer rupanya punya pikiran lain. Dia justru berusaha menarik perhatian orang untuk mencoba menu di warungnya dengan memberikan nama yang berkonotasi negatif: elek. Saya termasuk yang jadi korban. Karena sudah tahu nikmatnya belut goreng Haji Poer ini, saya coba memesannya dan ternyata memang enak. Menurut penjualnya (yang naujubila cuantiiik banget, istrinya kali), diberi nama elek karena tampilannya yang coklat (biasanya putih) dan warna coklat ini terbentuk karena ketika menggoreng, ditambahi saos Raja Rasa. Ini gambarnya, ngga sebagus hasil jepretannya Mas ini memang, tapi lumayan kan?
Pak Haji Poer memang hebat, kata suami saya yang rumahnya deket ama warungnya Pak Haji ini, beliau jualan sudah sejak 25 th yang lalu! Mulai dari warung kecil sampe sekarang (masih kecil siih tapi pelanggannya itu lho..). Kata mbak yg melayani saya kemaren, sehari Haji Poer bisa menghabiskan belut sampai 70 kg. Belutnya juga bukan belut biasa tapi belut tambak yang katanya lebih empuk dibanding belut sawah.
Nah, untuk Jeng-jeng yang pingin nyoba, kalau ke Surabaya coba mampir ke warung Haji Poer di Banyu Urip Bok Abang. Naik terus, sampe di lapangan bola, kalo blom keliatan, tanya deh ama tukang becak di sana, pasti mereka tau. Kalo tukang becaknya pura-pura ngga tahu coba ajak dia makan bareng, bilang mo ditraktir, pasti dia mau nunjukin. Ato kalo mau nyoba cabangnya yang di Sidoarjo, boleh. Alamatnya pokoknya di pertigaan RS Siti Hajar dan Matahari, tepatnya di ruko baru, yang pojok sendiri. He..he.. alamate gak jelas...
10 comments:
hsiahisahihsia gampang wes non... engkok nek sido moleh waktu tahun baru, tak mampir nak warung e Kaji Poer :D
btw link e wes onok kok :D
wuiihhh perlu dicoba nih kalo aku ke surabaya.
wah, aku tak nyoba ah..
--budiw
lihat itu kok jadi ga selera makan.. pengen muntah.....
eh eh lha aku kok durung tau ngincipi welut sing elek iki hihihi... die die must try :D
muridnya bondan winarno, ya? btw, ini siapanya "bre redana", ya?
emang belut itu enak ya? aku belum pernah,masih gilo/geli gitu...
Pas setelah moco belut-e sampean, kok ada kejadian nyata dengan belut. Ceritanya, setelah moco blog ini, saya pulang. naik bus kota jurusan Cimone-Senen lwt Slipi. Sudah magrib, gelap. meskipun lampu bus dinyalakan, tetap tidak menjangkau kolong kursi. Pas di Slipi, seorang ibu paruh baya yang duduk di depanku persis, njingkat -nyaris loncat- berdiri gemetaran sambil bertanya padaku. "Itu ular ya?". hemm, kataku cuek, berusaha tidak ikut campur masalah ibu ini dan pada dasarnya aku ngak percaya ada ular di bus. "Ular? ular apaan? yang bener aja? semprot kernet yang pas disebelahku. I..ya. beneer..," katan ibu itu tergagap sambil turun dari bus. Gempar juga hati penumpang yang lain. Apa ada ular lepas. Ular jahat atau ular baik. Mana gelap lagi. Mulai deh kepala longok-longok ke kolong sambil siap-siap angkat kaki. Hati ndredeg. Kernet coba-coba lihat kolong. jelas keliatan kalau dia takut-takut, tapi setengah ngak percaya juga. Memang kelihatan ada yang mmenggeliat di bawah kursi. Panjangnya kira-kira 30cm. Terus ada laki-laki yang dengan 'gagah berani'nendang itu hewan. Eh, begitu terlihat ujud aslinya, orang-orang bernafas lega. 'cuma' belut yang nasibnya sial karena akhirnya ditendang keluar mendarat diaspal SLipi. Yang aku herankan kok ya bisa naik ke bus. lewat mana ya?
iku posisi warunge bisa diperjelas ? hehe dadi penasaran pisan yak opo rasane welut elek...
tapi koq yo cek adohe nggone nang sidoarjo. warung sing nang surabaya gak onok ta mbak :D
wessshhh, iku welut opo lintah? hiiiy... D
salam kenal budhe. *salaman*
Post a Comment