07 February 2007

Ciliwung.....

Ciliwung th 1872. Foto diambli dari sini


Jakarta kaline banjir, ojo sumelang ra dipikir...


Mudah-mudahan Waljinah ndak marah Semarang nya saya ganti Jakarta. Tapi apa ya kita masih bisa ojo sumelang kalo korban meninggal sampai hari ini sudah 29 orang, hanya karena Ciliwung banjir.

Kalau kita melihat sungai-sungai yang ada di berbagai negara (negara maju tentu saja), banyak yang bisa dimanfaatkan dari situ. Sungai Thames misalnya: kita bisa melihat Istana Westminster beserta menara jam legendaris, Big Ben. Selain itu dengan feri orang bisa melihat Tower Bridge, jembatan dengan dua menara klasik yang dibangun pada abad ke-19. Belum lagi bangunan-bangunan klasik lainnya, termasuk Tower of London, bisa disaksikan dengan menyusuri Sungai Thames.

Atau sungai Potomac misalnya, meskipun tidak seindah sungai Thamess, tapi sungai ini tidak pernah marah pada warga Washington DC. Airnya tidak pernah meluber bahkan di saat awal musim semi pun, saat salju mulai mencair. Atau sungai-sungai di Venesia yang begitu romantis bagi mereka yang berasyik masyuk di atas gondola. Hmmmm…I wish I could be there..

Lalu, bagaimana dengan Ciliwung? Ah sampeyan mbok jangan ngenyeeek. Mosok mbandingin Ciliwung sama sungai Thames. Yang bener aja. Lha kalo mau bandingin ya ama yang bagus sekalian. Bukankah untuk hal-hal yang positif kita harus melihat ke atas dan kayaknya bukan ngga mungkin sungai kita seperti sungai-sungai itu. Toh konsep megapolitan sudah di galang mantan gubernur DKI Ali Sadikin dulu. Gimana supaya sungainya ndak bikin banjir. Tapi kok ya ndak jalan juga sampe sekarang. Ah mbuh, saya ndak ngerti. Saya cuma bisa nggedabrus he..he..

Konon katanya dulu muara Ciliwung memungkinkan kapal-kapal dagang , perahu-perahu Melayu, Jepang, Cina dan berbagai ragam kapal dari sebelah timur masuk dan berlabuh dengan aman. Airnya tidak berlumpur dan penuh endapan seperti sekarang. Kapal-kapal yang singgah dulu bahkan bisa mengambil airnya untuk mengisi botol dan guci mereka sebagai persediaan untuk pelayaran. Dulu, muara Ciliwung juga jadi tempat hiburan warga Belanda, termasuk muda-mudi yang tengah kasmaran menyanyi dan bermain gitar di perahu-perahu, persis seperti di Venesia. Lengkapnya ttg Ciliwung tempoe doeloe bisa dibaca di sini

Ciliwung sekarang beda dengan yang dulu. Sekarang Ciliwung ringkih, suka muntah-muntah kalo kena hujan sedikit aja. Yaaahh mudah-mudahan saja, Ciliwung ndak muntah lagi, soalnya menurut BMG katanya puncak hujan tertinggi akan terjadi akhir Februari dan Jakarta masih berpotensi hujan lebat. Maaf bukan nakut-nakuti, tapi sebaiknya mulai belajar berenang atau siapkan selalu pelampung di rumah.

Foto diambil dari sini, sini dan sini

14 comments:

Anonymous said...

wahhh diseneni waljinah loh nek sak penak'e udel ngono ngerubah lirik lagu....
hehehe... :p

Anonymous said...

Ah jakarta, jangan heran kalau akhirnya jadi begini. Banyak orang yang tdk tahu diri dengan alam. ya akhirnya jadi begini....

Sampah di mana-2, pembangunan apartement di bangun seenaknya sendiri. Yang jelas semua tdk memperhatikan alam.

endik said...

laporan pandangan mata...

banjir banjir bocah waon ayu ayu podo metu kabeh... silakan di cek di komplek zeni rawajati kalibata.. blas koyo pasar malem... podo nonton banyu...

Anonymous said...

halah kok ngurusi ciliwung lho...kali mas suroboyo yok opo?:D

Anonymous said...

kalo banjir si bebek nyantai aja, yang agak bingung si pitik. enak mana budhe, banjir air apa banjir lumpur. :p

Anonymous said...

liat dipostingan temen2 blog yang lain beserta foto2nya yang nyaris menenggelamkan kota jakarta memang membuat kita bertanya2, ada apa dengan negeri kita yang tak pernah habis dirundung bencana??
pagi ini dan kemarin juga di koran the times of india, jakarta banjir jadi berita headline, setiap berita tentang negeri kita diluar selalu mengisahkan tentang bencana diantaranya, lumpur lapindo,flu burung,pesawat hilang,kapal tenggelam, banjir.. serta tsunami yang sering melanda sering membuat rekan2 dr negara lain bertanya2?? ya hanya untuk refleksi diri bagi kita semua.
pengennya sekali-sekali berita indonesia diluar itu bercerita tentang kehebatan indonesia tapi kapan ya??? :(

kenny said...

siap perahu karet yu!!

Anonymous said...

bukan salah ciliwung jika dia muntah...mbakyu, teman nyindennya waljinah yah?

Anonymous said...

ga pengen jadi korban banjir selanjutnya?
solusinya cuma satu : jangan beli rumah di jakarta, hi hi hi...

just Endang said...

aku mo beli perahu karet aja buat jalan2 kyk waktu di sampireun....hehehe

Anonymous said...

la nek ciliwung pengin jadi kaya sunge thames (wah pengin juga nih kesana, ya orang2 nya kayanya harus dipinterin dulu. Jadi kalo dah dibenerin sama yang ahli (planologi, sipil, arsitek,geodesi, geologi, dst dst..), nantinya ga diutek2 dan dihancurin lagi..

Anonymous said...

akhir februari masih 22 hari lagi nih mba. masih cukup waktu untuk menenggelamkan jakarta.

bukan nakut2i juga siii....

Abah Ruli said...

"jakarta banjir itu sih biasa, jakarta tidak banjir baru luar biasa..."

L. Pralangga said...

Kesembronoan kita dan ketidakpedulian [ignorance] adalah salah satu sebab kenapa Ciliwung nggaksama indahnya dengan Thames River dlsb...

Guys,stop polluting and start cleaning.. soon rivers will be our place to put picnic during Sundays..

Seneng udh bisa mampir kesini, salam hangat dari Afrika Barat
--------------
PS: Ohya, Warung yang lama ini akhirnya kembali di buka, setelah lama di tinggal mudik.